Senin, 09 April 2012

Nahdlatul Wathan Dan Cita-Cita Pendirinya

NAHDLATUL WATHAN DAN CITA-CITA PENDIRINYA
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
-------------------------------------------------------------
Drs. KH. Muhammad Suhaidi, Pimpinan Pondok Pesantren NW Jakarta -



Ketika kita mengevaluasi kembali kelahiran Islam, sesungguhnya Islam itu konsisten berada di depan zamannya. Pada awal kedatangannya, kita melihat dengan jelas, bahwa Islam bukanlah suatu agama yang marjinal  dan atau agama yang lahir dalam geo-pedesaan, tetapi agama perkotaan. Ketika Islam tumbuh di Makkah dan berkembang di Madinah, kemudian Islam ini  menginspirasi, mengubah (merezuvenasi ) dan merevolusi peradaban manusia. Tak aneh bila kemudian bila “ masyarakat madani” sebagai tipe ideal masyarakat modern dinisbatkan kepada masyakat madinah serta  kemajuan iptek di Bagdad adalah contoh bagaimana Islam menjadi inspirasi perubahan dan sains modern.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam konteks NW kami teringat dengan pendiri NWDI, NBDI dan NW (Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Masyhur) yang selalu bercita-cita tinggi dan berimprovisasi idealis.  Setiap jengkal tanah yang kami beli di tempat ini (Ponpes NW Jakarta),  beliau selalu berdoa “ Mudah-mudahan kelak tanah tempat (madrasah) ini dapat menyinari Jakarta dengan NW”. Dalam konteks ini, sepertinya beliau ingin mengatakan, bahwa kalau Jakarta sudah akomodatif dengan nilai-nilai NW, berarti seluruh Indonesia, kita bisa disinari dengan Nahdlatul Wathan. InsyaAllah,  bahkan seluruh dunia.

Mencintai Maulana dengan mempromosikan NW ke Dunia
Suatu pernyataan menarik lainnya dari Maulana Syaikh adalah ketika guru kita ini sekitar tahun 1990 menceritakan visi besar beliau. Beliau bercerita kepada kami,  “Minyak yang saya lepas, sudah sampai di laut Atlantik, minyak tersebut bernama, “Minyak pancoran mas, minyak sinar suci, minyak mujarobat, minyak keramat gaib dan minyak mas mulia pusaka Selaparang.“  Lebih jauh lagi beliau menyebutkan, “Kalau minyak-minyak ini sudah sempurna mengelilingi dunia, InsyaAllah Nahdlatul Wathan akan tersebar dan akan diakui oleh seluruh dunia”.
 Cita-cita, doa dan usaha beliau tentang obesesi besar itu juga   tertuang dalam Hizib Nahdlatul Wathan yang artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk hari yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat), sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. Kumpulkanlah manusia untuk Nahdlatul Wathan dan untuk Saulatiyah yang diberkati dalam kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan kesehatan.
Dengan cita-cita dan doa beliau tentang kebangkitan NW ini, kami yakin sekali bahwa Nahdlatul Wathan (NW) ini dapat ikut serta sebagai sebuah organisasi yang akan membangun Indonesia bahkan dunia. Dengan syarat kita para alumni, para tokoh, para cendikiawan dan jama’ah Nahdlatul Wathan itu istiqomah dan pandai memberikan tafsiran-tafsiran kreatif pada khasanah atau perbendaharaan ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits.
Selain itu, satu hal lagi yang perlu kita cermati, yaitu salah satu do`a  Maulana Syaikh yang tertuang dalam hizib Nahdlatul Wathan yang mengatakan;
“Angkatlah tanah air kami dengan Nahdlatul Wathan pada langit tertinggi pada kesejahteraan dengan petunjuk memperoleh kedamaian, pertolongan dan penjagaan. Dan  sinarilah tanah air kami dengan bintang-bintang Nahdlatul Wathan dan subur makmurkanlah tanah air kami dengan siraman air Nahdlatul Wathan”.
    Lantunan do`a tersebut di atas memuat keinginan dan cita-cita besar pendiri NWDI, NBDI dan NW (Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)  dalam upaya menjadikan generasi-generasi dan kader-kader Nahdlatul Wathan dapat ambil bagian berkiprah, berkarya dan berperan aktif, secara nasional dan internasional untuk  membangun negara.
Untuk menjunjung tinggi cita-cita dan do’a pendiri NWDI, NBDI dan NW tersebut, maka menurut saya ada beberapa konsep dan filosofis besar yang harus mendapatkan perhatian serius para tokoh dan pimpinan Nahdlatul Wathan, antara lain yaitu; memperhatikan dinamika global yang tidak mungkin kita tolak dan hindari, yaitu dimensi keterbukaan, dimensi demokratisasi dan dimensi pemberdayaan. Oleh karena itu partisipasi seluruh warga Nahdlatul Wathan khususnya, ummat pada umumnya menjadi sebuah keharusan. Selain itu, masalah keadilan sosial.
Kami kira, hal ini merupakan sesuatu yang perlu kita telaah dan terus kita diskusikan dan kita harus berani melakukan reorientasi, perestorika dalam segala jajaran organisasi Nahdlatul Wathan.  Andaikan suatu ketika kita bisa melakukan rekonstruksi organisasional, insya Allah perjalanan Nahdlatul Wathan ke depan akan tetap relevan, responsive.  Dan kami kira itu juga adalah harapan pendiri NWDI, NBDI dan NW  (Maulana Syaikh) dan kita semua warga Nahdlatul Wathan. Karena kami menyadari bahwa Nahdlatul Wathan bisa ditinjau dari segala macam dimensi, karena Nahdlatul Wathan adalah organisasi yang multi dimensional.
Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, atas nama Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta mengucapkan terimakasih atas inisiatif dan gagasan saudara-saudara mahasiswa pasca sarjana (intlektual muda NW)  yang berusaha melaksanakan amanah Maulana Syekh untuk terus berjuang mengembangkan dan mensyiarkan ajaran Ahlussunan wal Jamaah di muka bumi ini, melalui Nahdlatul Wathan. Wallahu A’lam Bisshawab!






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar